Diambil dari Teori Marxist tentang masyarakat berdasar konflik kelas, konsep ideologi selalu menjadi alat kunci analisis dalam pelajaran kebudayaan. Saat ini, cultural studies mengembangkan kembali ideologi dalam syarat-syarat wacana. Dalam bahasa saya yang lebih sederhana, ideologi adalah tentang ide-ide yang dimiliki secara umum oleh kelompok-kelompok sosial dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini juga memberi kesan bahwa ide-ide tersebut diorganisasikan dengan cara-cara tertentu. Ideologi merupakan ide-ide logis yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok yang memegang ideologi yang beragam tersebut merasa dan memahami dunia dalam suatu cara yang konsisten secara relatif. Ideologi adalah proses perwakilan bahan relasi sosial dan usaha untuk meyatakannya dalam wacana. Proses perwakilan tersebut melalui pembentukan tanda-tanda yang tampak jelas dan umum yang merupakan bagian dari struktur sosial (kelompok dan institusi).
Untuk memperjelas mekanisme pengoperasian teks dan konteks sosial, sebagai contoh antara lain: ideologi dalam media cetak. Media cetak cenderung menginterpretasikan kejadian-kejadian di dunia seperti pengambilan keputusan, aksi kelompok, dsb dengan terpusat pada otoritas pria. Wacana maupun produksi kalimat yang dihasilkan selalu menekankan pada berperannya otoritas pria. Dari sini dapat dilihat bahwa media cetak menggunakan ideologi patriarki. Pembaca secara tidak langsung diposisikan untuk menerima dan mendukung wacana dari institusi media tersebut.
Melalui ideologi, individu dan kelompok-kelompok masyarakat menyatakan dan merespon nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan. Ideologi mempengaruhi kelompok-kelompok sosial baik dari dalam maupun dari luar. Ideologi selalu memuaskan kepentingan, mengajukan kebutuhan, aspirasi serta nafsu dari salah satu kelompok dan memposisikan kelompok lain sebagai pihak yang tergantung pada kelompok yang satu.
Ideologi adalah suatu tanda logis yang penuh kekuatan dari cara-cara masyarakat dalam berperilaku dan memformulasikan kepercayaan-kepercayaan. Ideologi memiliki kekuatan untuk membentuk atau mengkonstruksi suatu konteks sosial dalam masyarakat melalui interaksi antara pengirim dan penerima teks.
Lalu bagaimana kaitan ideologi dan hegemoni ?
Hegemoni adalah proses sosial dari konsensus di mana kekuatan relasi yang ada mengikuti kepemimpinan kebudayaan dari kelompok yang dominan. Ideologi merupakan hegemoni ketika penerimaan ideologi tersebut tersebar luas, menyediakan struktur-struktur pemaknaan bagi banyak kelompok dan institusi. Contohnya, stasiun televisi sekarang banyak memproduksi suatu ideologi hegemoni tentang individualisme dalam kelas masyarakat. Dalam memproduksi hal tersebut, institusi media memposisikan dirinya bersama kelompok yang dominan dan kelas masyarakat yang memiliki kuasa untuk memimpin. Wacana yang disajikan oleh media tersebut mendorong masyarakat dari kelas sosialnya masing-masing untuk berhasrat mengikuti gaya hidup masyarakat dari kelompok yang dominan seperti apa yang disajikan melalui wacana media.
Ideologi bertujuan agar masyarakat dari semua kelompok dan kelas sosial dikuasai oleh prinsip-prinsip dan pemikiran umum. Sedangkan ideologi itu sendiri merupakan produk dari wacana-wacana institusi yang melayani kepentingan dari kelompok yang dominan. Ini berarti ideologi bertujuan agar kepentingan dari semua kelompok adalah sesuai atau sama dengan kepentingan dari kelompok yang dominan. Dengan demikian, kontradiksi dan konflik sering terjadi karena kepentingan dari tiap kelompok adalah tidak sama.
Lalu bagaimana ideologi diejahwantahkan ? tentunya melalui teks. Ingat ideologi berproses secara subtle (=lembut) dan anda tidak akan menyadarinya !
Teks bukanlah merupakan susunan yang sama jenisnya dimana hanya berisi sebuah pengertian, tetapi terdiri dari tanda-tanda yang berlainan yang memiliki banyak arti. Sebuah teks secara berurutan berada dalam siasat penempatan secara terus menerus dimana artinya sering bersaing untuk menjadi pengaruh paling besar, serta menggunakan struktur polisemi dengan beberapa bentuk tetap untuk menanamkan pemahaman atau ideologi tertentu pada pembaca. Dalam penulisan teks, harus diperlihatkan akal sehat yang dikandung dalam teks yang juga merupakan suatu produk dari kode ideologi.
Kerumitan penyusunan teks dan tetek bengeknya ini dijembatani oleh transformasi. Transformasi mampu membatasi pengertian dalam tata bahasa. Transformasi berarti penggunaan peralihan dari tata bahasa yang rumit menjasi tata bahasa yang lebih singkat untuk membatasi dan menjelaskan hubungan sosial yang kompleks antara orang, kejadian dan benda.
Dalam suatu wacana ataupun penyajian materi oleh media tertentu, seringkali dijumpai adanya istilah yang menimbulkan lebih dari satu pemahaman arti, misal : kata “kekeringan”. Ada kalanya kata ”kekeringan” tersebut bararti bencana alam (konsep alami) tetapi ada kalanya kata tersebut berarti “kekurangan akan sesuatu (misal kekurangan dana)” ( konsep budaya). Selain itu, penyajian wacana juga dapat memiliki lebih dari satu pemahaman ideologi. Contohnya, surat kabar The Courier Mail, di satu sisi mempropaganda kebebasan pers yang berhubungan dengan ideologi humanis sebagai pandangan natural. Di sisi lain, komitmen bisnisnya berusaha memaksimalkan keuntungan yang berhubungan dengan ideologi ekonomi.
Kontradiksi ini dapat diatasi dengan mengubah nilai ideologi yang satu menjadi nilai ideologi yang lain. Dalam kasus surat kabar The Courier Mail diatas, ancaman bencana ekonomi diubah menjadi sebuah krisis humanistik. Pembaca diajak untuk mengartikan dan memahami wacana melalui kacamata ideologi humanistik meskipun disesuaikan dengan rasionalisasi ekonomi. Dari sini kita dapat melihat fleksibilitas dari wacana hegemoni dan kekuatan ideologi yang memuat pandangan yang berbeda-beda
Kesimpulan sederhananya, ideologi bekerja dengan mengorientasi masyarakat dalam konteks sosial terhadap penerimaan nilai-nilai tertentu mengenai dunia sebagai sesuatu yang alami, jelas dan terbukti dengan sendirinya. Dalam penggunaan media massa, pembaca tidak ditipu kedalam penerimaan nilai-nilai ideologi yang domunan begitu saja. Pembaca dapat mengkonstruksi, menguatkan, memodifikasi dan bahkan menolak identitas sosial yang ditawarkan padanya, sehingga menghasilkan pemahaman dari konteks-konteks sosial dalam interaksi pembaca dengan wacana.
Selamat datang di dunia cultural studies.
Apakah setiap hal ideologi pemaknaan selalu beroprasi dalam penguasa dan yang dikuasai? Tidakah juga bisa danalisis dalam konteks kesetaraan? Juga demikian dalam media
check out my new post .. comment ya miss ..
http://poce.wordpress.com