Stuart Hall menganggap bahwa “ada yang salah” dengan representasi kelompok minoritas dalam media, bahkan ia meyakini bahwa imaji-imaji yang dimunculkan oleh media semakin memburuk. Ungkapnya, “There is something radically wrong with the way black immigrants-West Indians,Asians, Africans- are handled by and presented on the mass media”. Hall mengamati bahwa media cenderung sensitif pada gaya hidup kelas menengah keatas, mayoritas masyrakat yang sudah teratur, sementara orang kulit hitam digambarkan sebagai “kelompok luar”, “diluar konsensus”, “relatif tidak terorganisir”, “kelas pekerja”. Lebih lanjut, media semakin mengagungkan institusi masyarakat, dimana masyarakat kulit hitam bermasalah dalam area kekuasaan sensitif itu; pekerjaan, diskriminasi publik, perumahan, legalisasi parlemen,pemerintahan lokal, hukum dan polisi.
Persoalan representasi ini membawa kita pada beberapa pertanyaan penting:
- Apakah gambaran di media membantu kita untuk memahami atau mengerti bagaimana dunia bekerja ?
- Gambaran orang kulit hitam yang seperti apa yang direpresentasikan dalam media ?
REPRESENTASI : OLD VIEW VS. NEW VIEW
Representasi,biasanya , dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita yang terdistorsi. Representasi tidak hanya berarti “to present”, “to image”, atau “to depict”. Kedua, gambaran politis hadir untuk merepresentasikan kepada kita. Kedua ide ini berdiri bersama untuk menjelaskan gagasan mengenai representasi. “representasi” adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. Konsep lama mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang sebenarnya digambarkan. Hal ini terjadi antara representasi dan benda yang digambarkan. Berlawanan dengan pemahaman standar itu, Stuart Hall berargumentasi bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif orang memaknai dunia.
“so the representation is the way in which meaning is somehow given to the things which are depicted through the images or whatever it is, on screens or the words on a page which stand for what we’re talking about”
Hall menunjukkan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta. Hall menyebutkan “Representasi sebagai konstitutif”. Representasi tidak hadir sampai setelah selesai direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian. Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian. Representasi adalah bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konstititif darinya.
Standard view of representation = representation as accurate or distorted.
A new view of representation = representation as creative and active the people’s relations to the world and their place within it.
BUDAYA SEBAGAI YANG UTAMA
“Culture is the way we make sense if, give meaning to the world”. Budaya terdiri dari peta makna, kerangka yang dapat dimengerti, hal-hal yang membuat kita mengerti tentang dunia kita yang eksis. Ambiguitas akan muncul sampai pada saat dimana kita harus memaknainya (make sense of it). Jadi, makna muncul sebagai akibat dari berbagi peta konseptual ketika kelompok-kelompok atau anggota-anggota dari sebuah budaya atau masyarakat berbagi bersama. Konsep budaya mempunyai peran sentral dalam proses representasi.
PETA KONSEPTUAL -MENGKLASIFIKASI DUNIA
Meskipun kapasitas untuk menggunakan konsep untuk mengklasifikasi adalah ciri dasar genetik makhluk hidup, beberapa sistem tertentu dalam klasifikasi yang digunakan dalan sebuah masyarakat dipelajari. Faktanya, budaya sendiri adalah sebuah sistem representasi. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ‘bahasa’ yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.
BAHASA DAN KOMUNIKASI
Konsep-konsep adalah representasi-representasi, yang memperbolehkan kita untuk berpikir. Tetapi kita belum selesai dengan sirkulasi representasi ini, karena seharusnya kita berbagi peta konseptual yang sama, sehingga kita dapat memahami dunia melalui sistem klasifikasi yang sama yang ada di kepala kita. Akhirnya, pertanyaan mengenai komunikasi dan bahasa melengkapi sirkulasi representasi. Kita bisa saling berkomunikasi karena adanya kemunculan bahasa-bahasa (linguistik). Bahasa mengeksternalisasi makna yang kita buat tentang dunia kita. Sampai pada titik ini representasi benar-benar mulai dan menutup sirkulasi representasi.
Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mempu melakukan semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) kita mengung-kapkan pikiran, konsep, dan ide-ide kita tentang sesuatu. Makna sesuatu hal sangat tergantung dari cara kita ‘merepresentasikannya’. Dengan mengamati kata-kata yang kita gunakan dan imej-imej yang kita gunakan dalam merepresentasikan sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada sesuatu tersebut.
REALITAS DAN WACANA
Lihatlah pada 2 kalimat dibawah ini, yang kelihatannya sama atau bahkan identik tetapi sebenarnya berbeda:
1. “nothing meaningful exists outside of discourse” (benar) – ANDA MEMBUTUHKAN WACANA, KERANGKA UNTUK MEMAHAMI DAN MENGINTERPRETASI UNTUK MEMBERI MAKNA PADA APAPUN.
2. “nothing exists outside the discourse” (salah)
Wacana (Discourse) dan kerangka yang dapat dimengerti (framework of intengibility) adalah tentang bagaimana orang memberi makna pada benda-benda dan bagaimana mereka menjadi bermakna, tidak hanya jika mereka eksis (secara fisik). Hall menegaskan bahwa tanpa bahasa, makna tidak dapat dipertukarkan. Media yang berbeda menggunakan tanda bahasa yang berbeda, tetapi tanpa bahasa, tidak akan ada representasi; tanpa representasi, tidak akan ada makna.
PRAKTEK SIGNIFIKANSI
Yang dimaksud oleh Hall dengan praktek signifikansi (signifying process) adalah:
” there is a kind of smybolic work, an activity, a practice, which has to go on in giving meaning to things and in communicating that meaning to someone else.”
Pertanyaan mengenai sirkulasi makna secara otomatis melibatkan isu kekuasaan. Siapa yang mempunyai kekuasaan, di channel yang mana, untuk mensirkulasikan makna kepada siapa ?. Hall memahami bahwa komunikasi selalu berhubungan dengan kekuasaan. Kelompok yang memiliki dan menggunakan kekuasaan dalam masyarakat mempengaruhi apa yang direpresentasikan melalui media. Pesan-pesan tersebut bekerja secara kompleks. Pengetahuan dan kekuasaan saling bersilangan. Isu kekuasaan tidak dapat dilepaskan dari pertanyaan representasi.
MAKNA DAN KETIDAKADAAN (ABSENCE)
Makna secara manifest berhubungan dengan apa yang pertama kali kita harapkan untuk temukan, yang tampak tidak dimanapun di dalam imaji, bahkan berlawanan dengan yang ada di dalam imaji. Kadang kala yang terekspresikan adalah ketiadaan (atau ketidakhadiran).Apa yang menjadi tertanda (signified), tidak secara sederhana bermakna seperti yang sudah tertanda, tetapi mereka lebih dalam lagi dapat menumbangkan harapan kita. Namun hal-hal yang tidak kita harapkan atau tidak muncul secara nyata dalam imaji menjadi sama pentingnya dengan apa yang secara nyata ada di imaji itu. Ketidakhadiran itu (absence) BUKANNYA tidak bermakna atau tidak memberi signifikansi. Yang tidak hadir bermakna sesuatu dan memberikan signifikansi, sama seperti yang hadir (presence).
IDENTITAS, IDENTIFIKASI DAN PENONTON
Tuntutan (claim) dapat diciptakan tanpa kata-kata. Tuntuan tersebut dapat dibuat melalui manipulasi obyek.
Iklan bekerja atas dasar identifikasi. Iklan hanya bekerja ketika kita mengidentifikasi apa yang direpresentasikan oleh imaji-imaji. Imaji-imaji itu mengkonstruksi kita, melalui hubungan kita dengan mereka (imaji-imaji)
Makna adalah interpretasi.
IDEOLOGI DAN KEKUATAN MAKNA TETAP
Makna tidaklah pernah dapat tinggal tetap (atau ditetapkan). Makna dapat berubah jika makna tidak dapat ditetapkan. Kuasa (power) terdiri atas memilih satu makna diantara banyak makna yang cocok dengan interes tertentu. Karena jika makna akan tinggal ‘tetap’ atau berubah tidak dapat digaransi maka makna dapat menjadi longgar dan berjerumbai. Tujuan dari kekuasaan (power), ketika mengintervensi (mengganggu) bahasa adalah untuk memberbaiki secara absolut. Itulah yang dilakukan oleh ideologi. Ambisi dari ideologi adalah untuk memperbaiki makna tertentu untuk gambaran (image) spesifik. Kekuasaan (power) dalam proses signifikansi selalu mempunyai tendensi untuk menutup bahasa, menutup makna dan memberhentikan alirannya.
MENENTANG STEREOTIP : GAMBARAN POSITIF
Stereotip menetapkan makna yang diberikan kepada kelompok-kelompok. Misalnya, gambaran orang kulit hitam yang terbatas, memberikan efek pada apa yang dipahami masyarakat mengenai orang kulit hitam dalam dunia nyata. Gambaran (images) memproduksi pengetahuan tentang bagaimana kita melihatnya direpresentasikan. Sehingga perjuangan untuk membuka praktik stereotip kadang adalah sebuah perjuangan untuk meningkatkan perbedaan, celakanya, semakin memperlihatkan identitas yang memungkinkan dari orang-orang yang belum direpresentasikan sebelunnya. Itulah politik gambaran (politics of the image). Ada kesulitan tersendiri ketika ingin membalikkan stereotip negatif tersebut, sebagaimana juga sulit untuk mempertahankan (atau memperbaiki) representasi positif.
MENANTANG STEREOTIP : MENGESAMPINGKAN IMAJI
Gambaran menaturalisasikan representasi. Praktik representasi itu sendiri melakukan naturalisasi representasi sampai anda tidak bisa melihat siapa yang memproduksi mereka. Gambaran-gambaran ini telah menyembunyikan proses representasi. Sehingga tampaknya seperti itulah realita yang terjadi. Sehingga mengarah pada praktik representasi ada beberapa pertanyaan terlontar antara lain:
1. darimana gambaran-gambaran ini datang ?
2. siapa yang memproduksi gambaran-gambaran tersebut ?
3. siapa yang dibungkam dalam produksi gambaran-gambaran tersebut ?
Menginterogasi praktik stereotip membuat mereka tidak dapat didiami (unihabitable), itu akan menghancurkan “kenaturalan dan kenormalannya”
MASA DEPAN REPRESENTASI
Representasi terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru untuk diproduksi dalam dunia, berbagai macam subyektivitas untuk dieksplor, dan dimensi baru makna yang tidak pernah menutup sistem kekuasaan yang sedang beroperasi.
dear all,
terutama yang sedang bergulat dengan konsep “representasi”. i think this is a good stuff to read. happy reading, marilah kita bermain “representasi”.
tadi malam aku baru baca soal lyotard atau baudrillard ya, yang ngomong bahwa televisi bukanlah cerminan masyarakat, tapi justru masyarakat itulah cermin televisi.
mengerikan…
dimohon bantuanya, mba cantik…
apa bedanya representasi dengan citra.
arti kata sederhananya yang aku tahu, representasi adalah keterwakilan dan citra adalah penggambaran.
Makasiha ya Mbak, aku kopi untuk sumber skripsi.
mbak, mohon bantuannya yak, lg bikin skripsi ttg ‘representasi perempuan dalam tayangan Suami-suami Takut Istri’. rada-rada bingung ni. bisa tolong dikasi link ke referensi2 yg bisa ngebantu? tlg di email yak. thx bgt. eniwe, nice posting 🙂
makasi ya artikel ini dapat membantu saya mengerjakan skripsi..
terima kasaih
saya masih kesulitan memahami ruang lingkup representasi ini, mbak. gimana ya?
terimakash mbak udah bantu aku memberikan pemahaman tentang REPRESENTASI jd selesa ini sripsi aku…. !!!!!!!
good artikel…skripsi saya memakai teori representasi dan artikel ini membantu saya